Di tengah pertumbuhan pesat sektor usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia, UMKM masih diandalkan sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2022), lebih dari 64% UMKM dimiliki atau dikelola oleh perempuan. Namun, partisipasi yang cukup besar ini belum diimbangi dengan kemudahan akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan. Banyak pelaku UMKM, terutama perempuan yang masih menghadapi kesulitan mengakses modal usaha, baik dari lembaga keuangan formal hingga program bantuan pemerintah. Proses pengajuan yang kompleks, kurangnya agunan (aset yang digunakan sebagai jaminan pinjaman), hingga keterbatasan literasi keuangan menjadi penghambat utama. Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, menyatakan sambutannya dalam acara peluncuran program LAKSMI pada Selasa 24 Juni 2025, "UMKM perempuan masih menghadapi tantangan serius, terutama terkait akses keuangan dan kemampuan manajerial. Sebanyak 740 juta perempuan di dunia, menurut World Bank dan World Economic Forum, masih belum memiliki rekening bank. Artinya, mereka belum bisa mengakses pembiayaan dengan optimal". Selain masalah keuangan, keterbatasan akses terhadap pelatihan UMKM dan pendampingan usaha yang berkelanjutan masih tinggi. Banyak pelaku usaha perempuan menjalankan bisnis secara otodidak tanpa bimbingan atau akses ke mentor bisnis. Maman menambahkan, "Sebanyak 73 persen perempuan di sektor usaha tidak memiliki akses ini. Padahal, mentoring adalah kunci dalam bisnis untuk mengembangkan usaha dan membangun jaringan bisnis". Dampaknya, daya saing produk menjadi rendah, strategi pemasaran belum optimal, dan pengelolaan usaha cenderung belum efisien. Di sisi lain, akses pasar juga masih terbatas. Kesenjangan ini memperkuat fakta bahwa perempuan pelaku UMKM masih berada pada posisi yang rentan dalam ekosistem bisnis nasional. Mereka membutuhkan program mendukung perkembangan usaha berkelanjutan.
LAKSMI Hadir sebagai Solusi Nyata
Sumber: KemenPPA
Melihat berbagai tantangan yang dihadapi pelaku UMKM terutama perempuan, mulai dari keterbatasan akses modal, minimnya pelatihan, hingga sulitnya menjangkau pasar, diperlukan solusi yang menyeluruh dan terarah. Bantuan sesaat tidak cukup untuk mengatasi permasalahan ini. Menjawab kebutuhan tersebut, LAKSMI (Langkah Aksi Kapasitas Sosial Makro untuk Inklusi) hadir sebagai program pemberdayaan yang dirancang khusus untuk mendampingi perempuan pelaku UMKM agar naik kelas secara bertahap. "Program LAKSMI adalah bentuk nyata dari komitmen kami untuk menghadirkan ekosistem usaha yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui program ini, perempuan tidak hanya akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan, tapi juga peluang untuk naik kelas dan memperluas pasar", tutur Menteri UMKM, Maman Abdurrahman. LAKSMI diinisiasi oleh Kementerian UMKM dan didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Eramet, serta Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).
Fokus Utama Program LAKSMI yang Terintegrasi
LAKSMI diciptakan dengan menghadirkan berbagai pendekatan yang diharapkan dapat mencakup seluruh kebutuhan permasalahan UMKM. Berikut beberapa fokus utama program LAKSMI.
- Masterclass intensif: Mencakup kelas literasi keuangan dan pemasaran digital.
- Mentoring bisnis: Sebanyak lima kali pertemuan dari para profesional untuk menyesuaikan strategi pengembangan usaha individu.
- Akses modal: Berupa dana hibah untuk peserta terpilih.
- Demo Day: Peserta terbaik diberikan kesempatan untuk mempresentasikan usahanya di hadapan buyer dan para pemangku kepentingan.
Target Penerima LAKSMI
LAKSMI menargetkan 1.200 pengusaha mikro perempuan yang terdiri dari 800 pengusaha di Jakarta dan 400 pengusaha di Ternate, Maluku Utara. Proses seleksi dilakukan secara bertahap sebagai berikut.
- Jakarta: Dari 800 peserta, disaring menjadi 380 yang akan mengikuti masterclass, 200 peserta terbaik akan lanjut ke lima sesi mentoring, dan 50 perempuan pengusaha mikro terbaik dipilih untuk menerima dana hibah dan berpartisipasi pada demo day.
- Ternate: Dari 400 peserta, disaring menjadi 200 peserta, dan 25 perempuan pengusaha mikro terbaik dipilih untuk menerima dana hibah dan berpartisipasi pada demo day.
PaDi UMKM sebagai Jembatan Akses Pasar yang Lebih Luas
Sumber: PaDi UMKM
Setelah pembekalan program LAKSMI dilakukan, para pelaku UMKM membutuhkan dukungan lanjutan berupa akses pasar yang nyata. Salah satu platform strategis yang dapat menjadi penghubung antara pelaku usaha dan pembeli dalam skala besar adalah B2B Marketplace tepercaya, PaDi UMKM. PaDi UMKM mendukung ekosistem pengadaan digital yang mempertemukan UMKM dengan para pembeli dari sektor BUMN, pemerintah, maupun swasta. Melalui platform ini, peserta LAKSMI dapat bergabung menjadi seller untuk memasarkan produk unggulannya secara langsung kepada pasar yang lebih luas dan terstruktur. Kehadiran PaDi UMKM membuka peluang baru bagi pelaku UMKM perempuan untuk mengembangkan usahanya, sekaligus memberikan akses langsung bagi perusahaan sebagai buyer terhadap produk-produk lokal yang telah terverifikasi. Ikuti Instagram PaDi UMKM untuk informasi dan tips seputar strategi penjualan efektif.